Alhamdulillah telah berlangsung silaturahmi perdana dengan Bapak Hamid Chalid, pembina RK Regional Jakarta. Acara diawali dengan sesi perkenalan satu persatu. Perkenalkan ini dibutuhkan karena ini adalah momen pertama bertemu tatap muka secara langsung. Tentunya kemarin bukanlah momen perdana bertemu dengan beliau, rasanya kurang lengkap jika tidak memperkenalkan diri lagi mengingat ada perbedaan antara pertemuan online dan offline. Lalu sambil menunggu adzan Maghrib beliau menyampaikan nasihat dan materi. Acara dilanjutkan dengan buka puasa bersama, sholat Maghrib, Isya, dan Tarawih bersama.
Malam itu Bapak Hamid membuka taujihnya dengan mengingatkan kembali bahwa sebagai manusia kita harus terbiasa dengan perbedaan yang ada di dalam kehidupan. Beliau besar dari keluarga NU dan menjalani kehidupan remajanya sebagai aktivis Muhamadiyyah (saat itu beliau mendapat arahan langsung dari rois am NU untuk berkontribusi di Muhammadiyyah). Singkat cerita beliau sudah terbiasa dengan perbedaan yang ada.
Beliau juga tinggal dan tumbuh di lingkungan yang beragam dan cukup menantang. Khususnya ketika masa sekolah dulu beliau berada di lingkungan yang ekstrim (lokasinya dekat pasar yang banyak dipenuhi preman, org pemabuk dan pekerja seks bebas). Alhamdulillah ala kulli haal Allah menjaga beliau dengan sebaik-baiknya penjagaan sehingga beliau tidak terlibat sama sekali dalam aktivitas yang terjadi di sana dan berkat doa-doa malam yang dipanjatkan kedua orangtuanya juga.
Pak Hamid juga membahas tentang 3 ayat yang berbicara tentang Mitsaqon Gholizho (perjanjian yang sangat kokoh). Tentang kaum Yahudi dengan Allah, perjanjian antara Nabi Rasul dan Allah, dan ikatan keluarga (pernikahan).
Bangunan sosial (negara) bermula dari mistaqon gholizho yang terkecil bernama keluarga. Saat ini Negara Barat sedang menjalankan program merusak struktur sosial negara (keluarga) melalui budaya seks bebas, tidak perlu menikah. Hal ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam dan ayat suci Alquran. Salah satunya yang diangkat malam itu adalah QS. At-Tahrim yang berbunyi quu anfusakum wa-ahliikum naaro. Kita diminta untuk menjaga diri dan keluarga dari bara api neraka. Menandakan bahwa keluarga juga pihak yg mendapat tempat penting untuk dijaga/dilindungi/diperhatikan. Termasuk penjagaan Allah dengan sarana bernama pernikahan.
Pak Hamid juga mengaitkan fungsi keluarga dengan kepemimpinan. Bahwa keluarga merupakan sarana strategis untuk menciptakan the next future leader. Karena kepemimpinan bukan berasal dari jabatan-jabatan struktural saja. Jika politisi berpikir untuk memenangkan pemilihan berikutnya saja, maka pemimpin akan berpikir bagaimana cara untuk melahirkan generasi berikutnya (yang lebih baik). Dalam kepemimpinan yang baik terdapat visi dan value kuat yang menjadi ruhnya.
Semoga Allah selalu menjaga dan memberkahi kehidupan Pak Hamid Chalid dan keluarga. Allahumma aamiin. 🌿