Sebagai bagian dari pembukaan acara National Leadership Camp 2023, Rumah Kepemimpinan menggelar dialog pakar bersama Abdurrahman Hamas Nahdly, yang menjabat sebagai Koordinator Program GNLD Siberkreasi dan Kepala Divisi Program Siberkreasi Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Tema yang menjadi bahan diskusi adalah “DIGITAL FLUENCY: Memperkuat Komunikasi di Era Digital.”
Dalam pembahasannya, Abdurrahman Hamas Nahdly membuka dengan sebuah pertanyaan yang mendalam: bagaimana kita dapat membuat prioritas dalam kehidupan untuk diri sendiri, keluarga, dan bangsa? Ia menekankan bahwa setiap individu memiliki peran dalam membawa Indonesia menjadi bangsa yang lebih baik. Dalam era digital, informasi mengalir dengan dinamis, dan dinding-dinding politik mulai memudar. Nahdly memotivasi peserta untuk tetap teguh dalam pilihan politik mereka, selama mereka memiliki visi yang sama untuk pertumbuhan bangsa.
Literasi digital menjadi fokus utama dalam pembahasan Nahdly. Ia mengingatkan peserta bahwa dalam ruang digital, informasi yang substansial dapat dengan mudah tercampur dengan konten yang tidak relevan. Tanpa kesadaran, kita mungkin tersesat dalam arus informasi yang berlimpah, tidak tahu harus memilah informasi yang penting dan yang sebaiknya diabaikan. Nahdly memperkenalkan Siberkreasi, sebuah gerakan yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang ruang digital dan cara yang tepat untuk menggunakannya.
Dia juga membahas perubahan besar yang terjadi di era digital, termasuk perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), Virtual Reality (VR), dan analisis Big Data. Walaupun teknologi ini dapat mempermudah kehidupan kita, Nahdly mengingatkan bahwa kita tidak boleh kehilangan otentisitas kita dalam menghasilkan karya. Ia juga menyoroti konsep disrupsi digital yang membawa perubahan sosial yang signifikan di berbagai aspek kehidupan.
Tantangan di ruang digital menjadi pembahasan yang mendalam. Nahdly menguraikan beberapa tantangan yang dihadapi, seperti penyebaran berita palsu (hoax), ketimpangan digital, privasi data, konten negatif, dan cyberbullying. Dia mengajak peserta untuk memahami etika digital yang mencakup cakap digital, keamanan digital, dan budaya digital. Nahdly menekankan pentingnya menjaga etika digital untuk mencegah aktivitas negatif seperti bullying.
Pertanyaan dari peserta mencakup topik seputar pelaporan cyberbullying, klasifikasi hate speech, serta tindakan terhadap penipuan online dan perjudian online. Nahdly memberikan pandangan yang jelas mengenai bagaimana menghadapi masalah-masalah ini di ruang digital.
Acara ini ditutup dengan pesan penting untuk “Saring sebelum Sharing” sebagai langkah awal dalam literasi digital. Abdurrahman Hamas Nahdly mengajak semua orang untuk menjadi lebih cakap digital dalam menghadapi era digital yang penuh dengan informasi dan tantangan yang kompleks. Literasi digital bukan hanya keahlian, tetapi juga tanggung jawab yang harus diemban oleh setiap individu yang berinteraksi di dunia maya.