Bedah Buku “Muslim Produktif” dan “Islam dan Sosialisme” bersama Peserta RK Regional Jakarta

WhatsApp
Telegram
Facebook
Twitter

Muslim Produktif (Syifa Kumala Sari Dewi)
Bagi seorang muslim, produktif merupakan suatu proses untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika kita ingin menghafal juz amma maka kita perlu produktif mengulang dan menghafal setiap surah dari juz amma tersebut. Produktif sangat erat kaitannya dengan faktor energi, fokus dan waktu.

Oleh karenanya, buku ini memberikan pandangan bagaimana Islam mengatur penggunaan energi, fokus, dan waktu tersebut. Alhasil, bermodal tiga faktor tadi kita bisa produktif sesuai peranan masing-masing dalam kehidupan. Selain itu, buku ini juga membantu kita meningkatkan ketiga faktor tadi agar mempunyai produktivitas taqwa dengan visi akhirat.

Buku Muslim Produktif ditulis oleh Mohammed Faris, yang merupakan orang Tanzania berdomisili di Dallas, Amerika Serikat. Buku ini diterbitkan oleh Quanta pad atahun 2017. Setidaknya, ada sekitar 296 halaman buku yang akan memperkaya wawasan kita dalam meningkatkan diri.

Poin pertama yang dibahas dalam buku, yakni terkait dengan produktivitas spiritual. Produktivitas spiritual adalah pondasi awal untuk menjadi seorang muslim produktif. Mulai dari beribadah kepada Allah sebagai investasi waktu, hingga amalan shalat tahajud dan rutinitas ibadah lainnya.

Buku ini juga mengulik alasan seseorang menjadi tidak produktif bahkan cenderung lebih stress. Hal tersebut dikarenakan adanya kebimbangan dan ketidakmampuan dalam mengambil suatu keputusan dalam hidup. Maka, shalat istikharah bisa menjadi solusi.

Ada juga pembahasan mengenai produktivitas fisik dan sosial. Seperti bagaimana manajemen tidur, gizi, dan kebugaran tubuh agar mampu meningkatkan energi fisik. Pada bab ini, penulis menyajikan beberapa kebiasaan buruk yang harus dihilangkan. Misalnya, menunda pekerjaan, malas, serta bekerja tidak efektif dan efisien.

Islam dan Sosialisme (Muhammad Fahmi Aulia)
Sosialisme sering diidentikan dengan budaya barat dan bahkan sering di sejajarkan dengan materialisme. Akan tetapi sosialisme sesungguhnya banyak terdapat dalam kegiatan-kegiatan spiritual setiap agama, salah satunya adalah Islam. Dalam buku ini H.O.S.Tjokroaminoto menejlaskan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti konsep sosialisme yang terdapat dalam ajaran agama Islam. Meski sosialisme dalam Islam tidak disebutkan secara eksplisit akan tetapi sosialisme banyak ditunjukan dari berbagai ajaran dan perilaku Nabi Muhammad SAW baik dalam kehidupan pribadi maupun peran sebagai pemimpin politik.

Pada bab awal HOS Tjokroaminoto menjelaskan pengertian sosialisme dan perbedaan sosialime yang terdiri dari beberapa kategori. Selain itu dalam bab ini mengkritisi kelemahan dari teori Marx yang menegasikan adanya Tuhan melalui teori materialisme yang diagungkannya. Sosialime atau kolektivisme dalam buku ini diartikan secara sederhana sebagai setiap peraturan tentang harta benda.

Dalam islam penerapan nilai sosialisme dapat dilihat dari arti ayat “kaanan nasu ummatan wahidatan” yang memiliki arti bahwa seluruh umat manusia adalah satu saudara. Hal ini merupakan sebuah landasan filosofis yang beririsan dengan penerapan sosialisme dalam ajaran Islam. Ini hanyalah contoh kecil dan awal dari sekian banyaknya ajaran dan penerapan sosialisme yang berdasar agama Islam. Contoh dari berhasilnya penerapan sosialisme yang didasarkan atas ajaran agama Islam adalah dengan melihat perbedaan yang sungguh kontras dari kondisi bangsa Arab sebelum dan sesudah Nabi Muhammad SAW datang.

Sosialisme dalam Islam tidak hanya sempit melihat satu aspek ekonomi saja, akan tetapi secara luas meliputi tatanan sosial juga. Hal ini diperlihatkan dalam hal pemilihan pemimpin dan sikap umat Islam dalm penyikapi perbedaan suku, ras dan agama. Peraturan tentang sosialisme atau mengutamakan kepentingan bersama menjadi salah satu unsur untuk tegaknya keadilan. Konsep inilah yang selalu dipraktekan oleh Rasulullah dan para sahabatnya dalam memimpin umat. Kesejahteraan umat pada saat itu tidak lepas dari konsep aturan yang berlandasakan terhadap nilai-nilai sosialisme, bukan pada keuntungan individu saja. Meskipun sistem pemerintahan yang memiliki sistem imperialisme akan tetapi Islam mampu mencontohkan dan membuktikan penerapan demokratis dan sosialis yang menjadi dasar untuk menjalankan roda pemerintahan. Hal ini sangat berbeda dengan konsep imperialisme barat yang lebih menguntungkan beberapa golongan saja.

Dalam buku ini pembahasan yang menarik adalah menghubungkan penerapan sosialistik dengan zaman modern sekarang. Zaman yang tatanan sosialnya banyak bertendesi kearah materialisme belaka. Persaingan antar individu bukan hanya antar golongan atau suku saja akan tetapi laki-laki dan perempuan bahkan saling berusaha untuk mendominasi satu sama lain. Selain itu dalam bagian akhir buku HOS Tjokroaminoto juga kembai mengkritisi cara kelompok komunisme yang ingin mengubah sistem langsung dari atas, bukan memulai dari tingkat yang paling bawah. Apalagi orang-orang yang hanya berteriak seperti saat berada dilautan pasir.

More to explorer

Leave a Reply