17 Agustus 1945 menjadi hari yang sakral bagi Bangsa Indonesia. 75 Tahun sudah sejak hari bersejarah tersebut, Indonesia mempertahankan kemerdekaannya. Dalam rangka memperingati hari kemerdekaan, Rumah Kepemimpinan menyelenggarakan Apel Kebangsaan Virtual bersama seluruh peserta angkatan 10.
Dalam kesempatan tersebut, Pak Bachtiar Firdaus, selaku Pembina apel memberikan 5 pesan kepada seluruh peserta yang hadir tentang bagaimana peserta Rumah Kepemimpinan melanjutkan estafet perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Pertama, Tempa iman dan karakter. Rumah Kepemimpinan selalu mengingatkan kepada seluruh peserta, alumni, serta pengurus bahwa hal utama adalah karakter. Indonesia ini tidak akan pernah merdeka tanpa karakter yang kuat. Oleh karena itu, Pak Bachtiar mengajak seluruh peserta apel untuk meng-install seluruh karakter baik dan meng-uninstall karakter-karakter buruk yang tidak bermanfaat dalam perjuangan
Kedua, Mengatur Produktivitas. Pak Bachtiar selanjutnya mengingatkan bahwa setiap orang diberikan otak, hati, waktu yang sama akan tetapi tidak semua dapat mengoptimalkannya. Kunci optimalisasi tersebut adalah mengelola, merencanakan, dan mengevaluasi produktivitas.
Ketiga, Pesan yang disampaikan Pak Bachtiar adalah Fokus dan Bekerja Keras. Tanpa fokus dan bekerja keras, mimpi-mimpi besar, karya-karya besar, dan hal-hal besar lainnya tidak akan bisa dicapai. Fokus. Ingat selalu prinsip pareto, “Fokus pada 20% yang menghasilkan 80%”
Keempat adalah hal yang sangat penting. Membangun Titik Temu. Pak Bachtiar sangat menekankan hal ini. Jangan membangun tembok-tembok penghalang tapi bangunlah jembatan-jembatan penghubung. Caranya bangun titik temu. Dengan begitu, sumberdaya yang luar biasa akan teraktivasi. Ingat bukan hanya ada 100, 1000, atau 10000 tetapi sangat banyak perbedan dan untuk menyatukannya hanya perlu satu, dua, atau tiga titik temu. Maka dengan bergabung di Rumah Kepemimpinan, jadilah solidarity maker.
Terakhir, dengan banyaknya masalah yang ada di negara Indonesia, maka hal yang paling penting dalam mengisi kemerdekaan dan mempertahankannya adalah dengan menjadi problem solver. Masalah-masalah tersebut, tidak akan selesai dengan hanya berdiskusi panjang lebar mengenai masalah, akan tetapi butuh mereka yang bergerak dengan solusi.